Ruas badan jalan nasional yang menghubungkan Aceh dengan Sumatera Utara di kawasan Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Subulussalam hingga kini belum diperbaiki. Foto direkam Kamis (2/6). SERAMBI/KHALIDIN
Longsor terparah terdapat di Simpang Jongkong persis di kawasan Perkebunan PT Laot Bangko. Di lokasi tersebut, aspal jalan yang dikerjakan dua tahun silam juga telah hancur sepanjang dua puluh meter dan belum mendapat penanganan. Selanjutnya sekitar dua ratus meter menuju Tapaktuan terdapat dua titik longsor lainnya. Bahkan, saat ini pihak PT Telkom Tbk telah merelokasi seratus meter lebih kabel optik yang semula ditanam di pinggir badan jalan. Pasalnya, kondisi tanah yang labil di sana saban hari mengancam badan jalan tersebut.
Tak hanya itu, sekitar 25 meter badan jalan di dekat tanjakan Desa Singgersing yang amblas lima tahun silam hingga kini belum mendapat penanganan. Lokasi lainnya terdapat di Desa Lae Ikan, Kecamatan Penanggalan sejak dari turunan kedabuhan dua hingga perkampungan penduduk. Jika tidak segera ditangani, badan jalan yang cukup sempit itu terancam amblas dan dapat menghambat lalu lintas di sana.
Sayangnya, di lokasi longsor tidak dipasang tanda peringatan sehingga dikuatirkan dapat membahayakan pengguna jalan terutama yang tidak memahami medan jalan. Kerusakan serupa juga terdapat pada turunan PT Laot Bangko dan depan SD Namo Buaya. Kondisi terparah terdapat di Desa Lae Langge, Kecamatan Sultan Daulat bahkan kerap menelan korban kecelakaan.
Para pengguna jalan meminta Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Aceh memperhatinkan kondisi jalan tersebut sebelum menjadi masalah serius. Jika tidak segera diatasi, maka kemungkinanan besar jalan menuju Medan melalui Subulussalam terancam putus. “Banyak jalan yang longsor tapi tidak ada penanganan ini sangat berbahaya, padahal kan jalan ini satu-satunya jalur yang menghubungkan Aceh ke Medan,” kata Joko, seorang pengendara.(kh)