SUBULUSSALAM - Ribuan warga yang bermukim di wilayah Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, mendambakan dibangunnya sarana air bersih di daerah mereka. Pasalnya, selama ini masyarakat di sana masih mengandalkan air sungai dan sumur untuk keperluan mandi, mencuci dan kakus (MCK), bahkan untuk keperluan masak.
“Masalah air bersih ini sudah lama kami usulkan bahkan sampai ke provinsi tapi sampai sekarang belum ada tanggapan,” kata Sarbaini Lembong, tokoh masyarakat Sultan Daulat kepada Serambi, Rabu (7/12) lalu.
Sarbaini mengatakan, ketiadaan sarana air bersih memaksa warga setempat membangun sumur dengan biaya yang sangat besar. Pasalnya, untuk menemukan sumber mata air kedalaman sumur yang dikorek mencapai belasan meter. Bahkan, kata Sarbaini, sumur sedalam belasan meter itu juga belum dapat mengatasi kebutuhan air karena tak jarang sumur terkait tidak menemukan sumber air atau terjadi kekeringan pada saat kemarau.
Diakui, Sarbaini pemerintah pernah mengalokasikan dana untuk pembangunan sumur bor untuk sarana air bersih. Namun, menurut Sarbaini, proyek pengadaan tiga unit sumur bor yang dilaksanakan Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Subulussalam yang dibangun sejak tahun 2006-2008 silam dinilai gagal dan mubazir.
Pasalnya, proyek yang menguras dana ratusan juta tersebut hingga kini tidak mengalirkan air sehingga warga tetap saja harus ke sungai atau mengandalkan sumur untuk mendapatkan air. Padahal, biaya untuk satu unit sumur bor seperti di simpang transmigrasi dekat SMA Sultan Daulat mencapai Rp 350 juta.”Tapi tidak ada manfaatnya bagi masyarakat karena tidak ada air,” ujar Sarbaini.(kh)
“Masalah air bersih ini sudah lama kami usulkan bahkan sampai ke provinsi tapi sampai sekarang belum ada tanggapan,” kata Sarbaini Lembong, tokoh masyarakat Sultan Daulat kepada Serambi, Rabu (7/12) lalu.
Sarbaini mengatakan, ketiadaan sarana air bersih memaksa warga setempat membangun sumur dengan biaya yang sangat besar. Pasalnya, untuk menemukan sumber mata air kedalaman sumur yang dikorek mencapai belasan meter. Bahkan, kata Sarbaini, sumur sedalam belasan meter itu juga belum dapat mengatasi kebutuhan air karena tak jarang sumur terkait tidak menemukan sumber air atau terjadi kekeringan pada saat kemarau.
Diakui, Sarbaini pemerintah pernah mengalokasikan dana untuk pembangunan sumur bor untuk sarana air bersih. Namun, menurut Sarbaini, proyek pengadaan tiga unit sumur bor yang dilaksanakan Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Subulussalam yang dibangun sejak tahun 2006-2008 silam dinilai gagal dan mubazir.
Pasalnya, proyek yang menguras dana ratusan juta tersebut hingga kini tidak mengalirkan air sehingga warga tetap saja harus ke sungai atau mengandalkan sumur untuk mendapatkan air. Padahal, biaya untuk satu unit sumur bor seperti di simpang transmigrasi dekat SMA Sultan Daulat mencapai Rp 350 juta.”Tapi tidak ada manfaatnya bagi masyarakat karena tidak ada air,” ujar Sarbaini.(kh)
Editor : bakri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar