SUBULUSSALAM - Masyarakat Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam mengeluhkan aktivitas truk pengangkutan tanah galian timbunan atau galian C karena selain merusak badan jalan, ceceran material timbunan juga menimbulkan becek saat hujan mengguyur hingga menjadi licin dan membahayakan pengendara.
“Kami keberatan karena material galian berceceran di jalan depan rumah kalau hujan mengguyur, jalan berubah menjadi becek, licin sementara jika panas, jalan menjadi berdebu. Malah sudah banyak aspal yang rusak karena dilindas truk-truk besar,” kata Sapri Tinambunan kepada Serambi, Minggu (20/11).
Selain itu badan jalan yang baru diaspal 2010 lalu kini sudah rusak parah akibat dilindas oleh truk-truk besar pengangkut tanah. “Seharusnya pemerintah menegur kontraktor dan diwajibkan membersihkan jalan dari ceceran material karena ini sangat menggangu,” harapnya.
Pantauan Serambi di lapangan, ceceran material tanah timbunan mengotori badan jalan yang menghubungkan Desa Gunung Bakti-Pasir Belo. Bahkan tanah-tanah tersebut berceceran hingga ke jalan Nasional sekitar perempatan Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat. Selain itu sejumlah titik aspal jalan Gunung Bakti-Pasir Belo rusak.
Sementara ratusan masyarakat Kota Subulussalam mengeluhkan debu proyek pembangunan jalan dua jalur Syekh Hamzah Fansury yang mengganggu pernapasan dan mengotori pekarangan sekitar rumah. Debu yang berasal dari tanah timbunan tersebut menurut warga beterbaran di saat musim kemarau bahkan masuk kerumah dan kamar masyarakat sekitar.
“Pokoknya siang malam kami makan debu karena material timbunan jalan dua jalur itu bertebaran sampai ke dalam rumah bahkan kamar dan ruang makan,” keluh H.Anwar Rustam, warga Subulussalam Selatan kepada Serambi, Minggu (20/11).(kh)
“Kami keberatan karena material galian berceceran di jalan depan rumah kalau hujan mengguyur, jalan berubah menjadi becek, licin sementara jika panas, jalan menjadi berdebu. Malah sudah banyak aspal yang rusak karena dilindas truk-truk besar,” kata Sapri Tinambunan kepada Serambi, Minggu (20/11).
Selain itu badan jalan yang baru diaspal 2010 lalu kini sudah rusak parah akibat dilindas oleh truk-truk besar pengangkut tanah. “Seharusnya pemerintah menegur kontraktor dan diwajibkan membersihkan jalan dari ceceran material karena ini sangat menggangu,” harapnya.
Pantauan Serambi di lapangan, ceceran material tanah timbunan mengotori badan jalan yang menghubungkan Desa Gunung Bakti-Pasir Belo. Bahkan tanah-tanah tersebut berceceran hingga ke jalan Nasional sekitar perempatan Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat. Selain itu sejumlah titik aspal jalan Gunung Bakti-Pasir Belo rusak.
Sementara ratusan masyarakat Kota Subulussalam mengeluhkan debu proyek pembangunan jalan dua jalur Syekh Hamzah Fansury yang mengganggu pernapasan dan mengotori pekarangan sekitar rumah. Debu yang berasal dari tanah timbunan tersebut menurut warga beterbaran di saat musim kemarau bahkan masuk kerumah dan kamar masyarakat sekitar.
“Pokoknya siang malam kami makan debu karena material timbunan jalan dua jalur itu bertebaran sampai ke dalam rumah bahkan kamar dan ruang makan,” keluh H.Anwar Rustam, warga Subulussalam Selatan kepada Serambi, Minggu (20/11).(kh)
Editor : bakri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar